AKU HARUS MENGAJI

AKU HARUS BISA MENGAJI

Sidik Purnomo

Masih terngiang dikepalaku apa yang dikatakan Zahra, adik kelasku saat di tempat sepedah tadi “Kak Andre, Kamis depan  anak-anak Jurnalistik akan mengadakan buka bersama, agar pertemuan tersebut bermakna tidak hanya makan-makan, teman-teman saya minta datang agak siang, kira-kira setengah empat. Nanti kita tadarusan dulu kak, mulai jus 28 sampai Jus 30 insya Alloh saat buka bersama sudah katam.”

Aku tertegun, Zahra sekretarisku yang cantik di ekstra jurnalistik ini ada saja idenya. Aku bertanya pada Zahra “Kenapa pakai tadzarusan segala Za, bukankah remaja Masjid sudah melakukan tadzarusan setiap hari tidak ada ide yang lebih baik apa?”

“Ngaji bukan hanya milik remaja masjid kak, semua orang Islam punya kewajiban untuk mempelajari kitab sucinya agar dia tidak tersesat. Jadi kalau ada yang berpendapat bahwa yang bisa ngaji itu hanya mereka yang tergabung dalam remaja masjid saja, mereka salah.” Sekretarisku di ekstra Jurnalistik ini memang omongnya sulit untuk dikalahkan.

“ Aku usahakan dik” elakku agar pembicaraan ini tidak semakin berlarut-larut. Sementara itu teman-teman yang memarkir sepeda ditempat parkir sangat banyak.

“Parkir yang rapi,agar enak dilihat dan nanti keluarnya juga mudah.” Pak Hariono, Pak Sutib, Pak Cahya tampak sibuk mengatur cara parkir teman-teman.

“Yang parkirnya tidak rapi, jangan menyesal nanti kalau sepedahnya saya gembosi” Pak Sutib menambahkan. Anak-anak hanya tersenyum karena mereka tahu pak Sutib tidak pernah nggembosi sepedah. Sebab dia akan repot sendiri jika anak-anak putri malah mintak tolong untuk membantu mompa.

“Itu Andre dan Zahra, jika sudah selesai parkir segera tinggalkan tempat parkir, untuk memberi jalan temannya yang akan parkir.” Pak Cahyo memperingatkan diriku dan Kiran agar segera menuju ke kelas. Aku tersenyum sambil melangkah menuju kelas. Paling tidak untuk saat ini aku sudah terhindar dari todongan Zahra sekretarisku yang cantik di Ekstra Jurnalistik.

Jam pertama waktunya PKN yang diajar oleh pak Agus Sutriono masih kurang 15 menit. Masih terngiang di pikiranku omongannya tadi “Ngaji bukan hanya milik Remaja Masjid, semua orang Islam wajib bisa agar dapat mempelajari kitabnya sehingga mereka tidak tersesat.” Aku setuju seratus persen yang diomongkan Zahra. Tapi masalahnya aku tidak bisa mengaji.

Masih ingat pada saat SD aku juga diajar mengaji, saat aku belajar belum begitu bisa orang tuaku pindah ke Nusatenggara Timur. Karena orang tuaku seorang Tentara. Ditempat tugas orangtuaku yang baru, belum ada TPQ atau guru mengaji,  karena sebagian besar penduduknya beragama selain Islam. Saat aku SMP kelas tiga, orang tuaku pindah ke Jombang Jawa timur sehingga aku melanjutkan ke SMAN Bandarkedungmulyo.

Masyarakat di sekitar rumahku tidak ada yang tahu kalau aku belum bisa mengaji, karena selain aktif di Remaja Musholah, aku Juga aktif di Group Albanjari  dikampungku. Group itu sering tampil diberbagai acara terutama acara temantenan. Biasanya saat manten temu diiring dengan solawat Al Banjari. Sedang di sekolah aku sebagai ketua ekstra jurnalistik.

Sudah empat hari ini badanku terasa tidak enak, mungkin ini akibat aku terus berpikir bagaimana nanti jika saat buka bersama aku disuruh mengaji. Karena bulan puasa bapak Nurhadi tidak mewajibkan siswa harus olahraga, yang ingin olah raga monggo sedang yang ingin santai juga tidak dilarang, aku menuju perpustakaan sekolah untuk beristirahat dan menenangkan pikiranku.

“Kenapa Ndre, kalau diperpustakaan jangan hanya diam saja, ambil buku apa saja dan baca agar waktumu tudak terbuang sia-sia hanya untuk melamun!” pak Sidik yang berada diperpustakaan mengingatkan diriku.

“Badan saya tidak enak pak” jawabku.

“Kalau sakit jangan masuk, kamu  bisa istirahat dirumah sehingga badanmu akan segar.”

“Dirumah juga tetap sakit, mending disekolah bisa ketemu teman-teman” pak Sidik tampak kaget.

“Apa yang kamu pikirkan nak, kalau kamu tidak keberatan bisa berbagi dengan bapak, barangkali dengan berbagi beban pikiranmu dapat berkurang” pak Sidik  mengajakku berbagi.

Aku masih ragu-ragu berbagi tidak ya, aku masih ingat kata-kata yang disampaikan pak Apit Basuki pada waktu menerangkan pelajaran fisika “ Anak-anak tekanan adalah gaya dibagi luas,  kamu tahu kenapa Bego tidak kembet ketika berada di tempat berlumpur, karena rodanya luas, sedang seorang wanita yang memakai sepatu jinjit kembet ketika masuk lumpur, karena permukaan sepatunya kecil, jadi meskipun gaya berat wanita jauh lebih kecil dibanding dengan berat kapal keruk, karena luas sentuh permukaan sepatu jauh lebih kecil dibanding luas permukaan sentuh roda bego tekanan sepatu wanita lebih besar, maka dari itu jika kamu ada masalah agar kamu tidak stress berbagilah.”

“Saya masih belum bisa ngaji pak, lima hari lagi ekstra jurnalistik mengadakan buka bersama, Zahra sekretaris saya menghendaki kataman mulai jus dua lapan saya sebagai ketua jika disuruh mengaji bagaimana? sedang selama ini tidak ada yang tahu kalau saya belum bisa mengaji” wajah pak Sidik tampak tidak berubah seolah-olah masalah yang saya pikirkan berhari-hari bukan masalah baginya.

“Ndre tidak bisa mengaji bukan masalah kamu saja, karena tidak semua orang dapat beruntung bisa belajar mengaji mulai kecil, sekolah TPQ, ngaji di tetangganya, saya dahulu mulai belajar mengaji setelah lulus SMA, tidak boleh malu sebab Nabi Kita bersabda “ Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lakhdi, dimana artinya tuntutlah ilmu dari buaian ( bayi ) hingga liang lahat.” Jadi berapapun umur kamu tidak masalah jika kamu mulai mengaji.

Dahulu Nabi Muhammad mendapat wahyu umur 40 tahun, tentu sahabatnya usianya juga sekitar usia tersebut, jadi mereka belajar Alquran baru dimulai pada usia 40 tahun, lalu kenapa kamu harus malu ketika belajar alquran pada usia sekarang.

“Peristiwa seperti yang kamu alami itu akan terus terulang, misalnya orang tuamu meninggal tetangga pada kataman dirumah kamu, bagaimana perasaanmu jika kamu sendiri anaknya   tidak bisa mengaji untuk orang tuamu, misal saat kamu sudah menikah mertuamu mengajak ngaji bersama-sama, kalau didaerah saya biasanya yasinan apakah kamu juga akan menghindar lagi, mau sampai kapan kamu terus menghindar.” Kami berdua terdiam.

“Kalau didunia mungkin kamu bisa menghindar pura-pura sibuk , bagaimana jika nanti di akhirat, katakanlah sebagai seorang Muslim kita dijamin surganya oleh Alloh sesuai hadist Man qola la illaha illalloh dakhala Al Jannah, wa in zana,wa in saraqa yang artinya hadist barang siapa yang mengucap  la illaha illalloh  dijamin surga walaupun pernah berbuat zina dan mencuri. Tentu itu tidak berarti berbuat dosalah sebanyak mungkin karena surgamu dijamin oleh Alloh, tapi terletak pada kondisi meskipun kamu pernah berbuat dosa yang besar tetaplah dalam keimanan dan  jangan lupa bertobat, karena kasih sayang Alloh jauh lebih besar dan Alloh maha menerima taubat.”

Sambil tersenyum beliau terus melanjutkan “Katakan lah kamu meninggal dunia umur 75 tahun, ingat Nabi meninggal umur 63 tahun biasanya usia umatnya tidak jauh berbeda, kamu ditanya Ndre kenapa kamu diberi usia 75 tahun kenapa untuk belajar Alquran menjadi bisa selama 6 bulan saja kamu tidak mau, kenapa kamu mengabaikan perintah Tuhanmu, apakah kamu tidak malu Ndre ketika menghadap Alloh yang maha pemurah.”

” Yang harus kamu perhatikan siapapun yang bersama Alqur’an pasti dimuliakan Alloh. Malaikat yang menurunkan Alqur’an adalah malaikat yang paling mulia yaitu malaikat Jibril, Malam yang ketika Alloh menurunkan Alqur’an adalah malam yang paling mulia yaitu malam lailatul qodar, Bulan yang Alloh menurunkan Alqur’an adalah bulan yang paling mulia yaitu bulan Romadhon, laki-laki yang Alqur’an diturunkan kepadanya adalah laki-laki yang paling mulia yaitu Nabi kita nabi Muhammad SAW, dari situ dapat kita tarik kesimpulan siapapun yang ingin mendapat kemuliaan baik didunia maupun di akhirat adalah yang  kehidupannya diwarnai dengan Alquran.”

“Maka dari itu mulailah mengaji sekarang, mudah-mudahan saat lulus SMAN Bandar ini kamu sudah bisa membaca Alquran, nanti kamu tinggal melancarkan dirumah, ndak usah dipikir pandangan Zahra karena kamu belum bisa mengaji, kalau dia suka kamu pasti akan tetap mendukung kamu, sukur jika kamu jujur dan mengatakan kepadanya pingin belajar mengaji. Mudah-mudahan dengan begitu engkau akan mendapat kemuliaan”

Sambil pulang sekolah hatiku menjadi lebih plong, kenapa aku sibuk memikirkan apa yang akan dikatakan orang kepadaku, sebaik apapun aku pasti kekuranganku juga banyak, sejelek apapun diriku tentu kebaikanku juga ada, jika dia menyukaiku tentu senang dengan kebaikanku dan bisa menerima kekuranganku, alhamdulillah jika mau ikut memperbaikinya.

Aku tekatkan hatiku “ AKU HARUS MENGAJI “ mudah-mudahan ada guru, teman, tetangga yang mau membimbingku.

Jombang 18 Agustus 2024