MAAFKAN AKU IBU

MAAFKAN AKU IBU

OLEH : SITI SARAH**

Namaku Cyntia Claraswati, aku akrap dipanggil dengan Tia. Mengingat dua tahun yang lalu waktu aku duduk di bangku kelas dua SMP temanku Dilla selalu memboncengku berangkat dan pulang sekolah. Jajan bersama, makan bersama kadang juga belajar bersama. Dilla anak orang kaya Orang tuanya tinggal di luar kota, Dia ikut neneknya. Dengan kebaikan Dilla itu, Ibuku senang aku berteman dengannya.

Aku dibesarkan oleh ibuku, Ayah meninggalkan rumah sejak aku usia satu tahun kata ibuku dan sampai sekarang tidak tahu dimana Ayah.

Suatu hari di sekolah akan kedatangan tamu dari Provinsi, siswa-siswa dipulangkan sebelum istirahat tepatnya pukul 10.00. Seperti biasanya Dilla memboncengku dengan senang hati aku ikuti.

Arah semakin menjauh dari sekolah, dengan jalan yang tidak sepert biasanya.

“Kemana Dill?”  tanyaku.

“Udahlah ikuti aku” katanya.

Beberapa saat kemudian berhentiah disuatu tempat orang berjualan makanan ringan yang mana disitu ada teman-teman  Dilla.

“Kenalkan temanku Tia Namanya”  akupun berjabat tangan dan dia menjawab aku Ria, aku Dio dan aku Beny.

Aku berlima duduk duduk santai, ngobrol sambil minum kopi.

Beberapa saat setelah itu, “Ayo pulang kata Dilla”

Kebiasaan seperti itu semakin sering Kami lakukan kadang pulangnya tambah siang dan tambah sore.

Suatu ketika aku pulang agak sore, ditanya ibuku mengapa pulang sekolah tidak seperti biasanya ?

Ada kegiatan belajar kelompok jawabku dengan hati bergetar karena membohongi ibu.

Ajakan Dio, Beny, Ria dan Dilla semakin membuatku tidak percaya diri , samapai aku berani tidak pulang ke rumah dan juga mbolos sekolah. Ketika aku tidak pulang hati kecilku teringat pada ibu, Alangkah sedihnya ibuku, aku anak satu-satunya tidak bisa membahagiakannya. Mengapa pikiran seperti itu terkalahkan oleh ajakan teman-temanku. Pertanyaan yang sering muncul dalam hati kecilku.

Pada suatu hari waktu aku masuk sekolah, dipanggil Pak Joko wali kelasku. Aku diajak ke ruang BK di dampingi Bu Rahma guru BK di sekolahku.

“Sudah tiga hari kamu tidak masuk sekolah tanpa keterangan, kemana ?”  Tanya P. Joko.

“Sakit Pak maaf ibu tidak sempat menulis surat untuk pemberitahuan ke sekolah” jawabku. Aku mulai berbohong. Mengapa aku berani berbohong ?

Dirumah Ibuku sering jengkel , sering marah apalagi jika aku pulang terlambat membuat aku ingin tidak pulang apalagi Dio, Beny, Ria sering mengajakku pergi bahkan sampai keluar kota dan bermalam.

Saking seringnya aku bolos sekolah, dengan hati tulus P. Joko menelusuri, mencari, menanyai teman-temanku yang sekiranya bisa memberi arahan dimana aku.

Pada waktu siang setengah sore, aku dan teman-temanku seperti biasa ngopi sambil melepaskan rasa lelah seharian berjalan karena tidak ada kendaraan yang mau ditumpangi. Dengan arah yang tidak tentu.

“Tia” panggil P. Joko setelah turun dari sepeda motornya.

Betapa kagetnya aku, tidak pernah terfikirkan akan bertemu P. Joko saat-saat aku mbolos sekolah apalagi saat bersama teman-temanku.

“Ayo saya bonceng pulang”, ajakan P. Joko.

Tanpa berfikir panjang aku pamit teman-temanku aku ikuti ajakan wali kelasku.

Dengan hati berdebar, fikiran yang berbaur antara takut, sedih, malu, berlangsung sepanjang jalan saat dibonceng P. Joko.

Tepat di depan rumah, sepeda motor P. Joko berhenti. Sampai di rumah aku lihat ibuku berbaring di tempat tidur dengan badan yang lemas.

“Assalamualaikum, Ibu ini Tia, Saya tidak sengaja bertemu tia” kata P. Joko pada ibuku.

“Maafkan aku ibu, maafkan tia”, aku menangis sambil aku peluk ibuku, ibuku masih diam , suara tangsku tambah keras.

Beberapa saat kemudian ibuku menjawab dengan suara lemah , “Terima kasih P. Joko, Tia sudah bisa pulang, semoga kebaikan bapak tercatat sebagai amal ibadah”. Pak Joko pamit pulang, tinggal aku dan ibu,

Dengan kasih sayang, dengan rasa kangen, haru , aku dan ibu berpelukan, dengan air mata yang tak bisa dibendung “ Maafkan Tia ibu, Tia sangat menyakiti hati ibu, Tia anak durhaka, anak yang tidak bisa membahagiakan ibu, Tia berjanji mulai hari ini Tia akan selalu menurut ibu , maafkan Tia ibu”.

“Ibu juga minta maaf mungkin ibu kurang bisa membahagiakan kamu, ibu mengerti kamu ingin merasakan kasih saying seorang ayah, maafkan ibu, Tia”. Kata ibu.

Tambah eratlah aku dan ibu dalam berpelukan, Kami saling memaafkan, saling menyadari, betapa indahnya jka kita saling memaafkan, Maafkan Kami Ayah, Kalimat yang tanpa sengaja kami ucapkan bersama ibuku. Dimana ayahku, masih bisakah aku bertemu, Kami hanya bisa berdoa semoga Tuhan selalu memberikan RahmahNya.

Tanpa terasa, aku dinyatakan lulus dalam menempuh belajar di sekolahku, Aku berniat melanjutkan ke SMA, yang nantinya kuliah di jurusan Psikologi, aku ingin mengabdikan diriku sebagai seorang psikolog, aku amalkan pengalamanku, aku ajak adik-adikku, remaja generasi penerus untuk selalu berjuang melawan kemalasan, selalu kreatif sehingga akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang merpakan tanda kesuksesan .

Semoga apa yang menjadi cita-citaku terwujud. “Aku mohon doa restu engkau ibu, Aku mohon doa restu engkau Ayah, Alloh selalu mengabulkan doa hambanya. Aamiin”.

*****

Sekian terima kasih, semoga bermanfaat

Ku persembahkan untuk anak, murid dan pembaca yang budiman.

Tidak lupa terima kasih kepada suami dan handai taulan yang selalu menyemangati.

Semoga semua tercatat sebagai amal ibadah yang diterima Alloh SWT,  Aamiin.

 

** Guru Kimia SMA Bandar

19 Ramadhan .1443 H